Senin, 19 Desember 2016

MENGENAL SUKU DAYAK

Sejarah Suku Dayak Kalimantan
Secara bahasa, Dayak sebetulnya bukanlah nama sebuah suku. Yang disebut “Orang Dayak” dalam bahasa Kalimantan secara umum artinya adalah “Orang Pedalaman” yang jauh dari kehidupan kota.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Sebelum abad 20, secara keseluruhan Suku Dayak belum mengenal agama ‘samawi’, baik itu Islam maupun yang lainnya. Yang menjadi kepercayaan mereka hanyalah kepada leluhur, binatang-binatang, batu-batuan, serta isyarat alam yang mereka tafsirkan mirip seperti agama Hindu kuno.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Mereka mempunyai pantangan untuk berbaur dengan kehidupan masyarakat dari suku lain. Sehingga mereka selalu hidup dengan dihantui rasa ketidaktenangan yang membuat mereka selalu berpindah-pindah, dari hutan satu ke hutan yang lainnya. Dari goa satu ke goa yang lainnya dan seterusnya.
Diantara Suku Dayak yang paling ‘eksklusif’ bahkan bisa dibilang sangat primitif adalah Suku Dayak Punan. Suku yang satu ini bahkan sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Kebanyakan dari mereka tinggal di hutan yang lebat atau di dalam goa. Sebetulnya, ini juga bukan murni ‘kesalahan’ mereka. Mereka hanya mengikuti pantangan dari ‘leluhur’ yang mereka takut jika melanggar pantangan tersebut, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dalam satu cerita, konon leluhur mereka ini berasal dari satu negeri yang bernama ‘Yunan’ di Cina. Mereka berasal dari satu keluarga kerajaan Cina yang kalah dalam peperangan dan pergi untuk mengamankan diri hingga sampailah di pulau Kalimantan.
Mereka pun merasa aman untuk tinggal di Kalimantan. Walau sudah begitu, mereka masih memiliki trauma akibat kalah dalam peperangan sehingga mereka takut bertemu dengan kelompok masyarakat manapun.
Mereka khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
Macam-macam Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan
Meskipun sebagian Suku Dayak sudah mau berbaur dengan masyarakat umum, namun yang menjadi satu ciri khas mereka adalah mereka tetap berpegang teguh kepada adat istiadat dari nenek moyang mereka terutama yang berhubungan dengan supranatural.

Upacara
Upacara Tiwah merupakan satu acara adat suku Dayak. Tiwah adalah ritual yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Bagi suku Dayak, Upacara Tiwah adalah momen yang sangat sakral. Pada acara Tiwah ini, sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (Sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
Tari Kancet Papatai

Dalam Suku Dayak Uma’ Lung, terdapat sebuah seni budaya tari perang yang biasa disebut dengan Kancet Papatai. Tari Kancet Papatai merupakan seni budaya dalam bentuk tari-tarian perang. Tari ini bercerita tentang seorang pahlawan suku Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga menggambarkan tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau ajai yang sudah berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan para penari. Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik sampe.
Dunia Mistik
Dunia supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak dulu menjadi ciri khas kebudayaan Dayak. Asal anda tahu saja, karena kegiatan supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia (kanibal) . Tetapi walaupun begitu suku Dayak bukanlah seperti itu, sebenarnya suku Dayak cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena.
Manajah Antang
Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya. Contohnya, Manajah Antang. Manajah Antang merupakan satu cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.
Mangkok Merah
Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. Panglima perang atau biasa disebut pangkalima oleh masyarakat Dayak, biasanya akan mengeluarkan isyarat siaga berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa pangkalima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa.
Percaya atau tidak, pangkalima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.
Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang pangkalima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima. Jalu jika pangkalima tersebut sudah ber-tariu (yaitu, memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti pangkalimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.
Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi ‘bukan manusia’ lagi. Sehingga biasanya darah, hati musuh yang dibunuh akan dimakan. Namun sebetulnya apabila tidak dalam suasana perang, orang Dayak tidak pernah memakan daging manusia. Mereka meyakini apabila memakan jasad korban, kekuatan mereka akan bertambah.
Mangkok merah sebenarnya mangkok biasa saja terbuat dari tanah liat. Hanya di dalamnya tersimpan barang-barang yang penuh makna dan magis.
Menurut cerita turun-temurun mengenai mangkok merah pertama kali beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu pernah terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. Pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa tidak didasari perang antar etnis, akan tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.
Macam-macam Suku Dayak Kalimantan
Terdapat lebih dari 40 Uma’ alias anak Suku Dayak Kalimantan, berikut ini adalah nama-nama dari anak suku tersebut:
1.      Abai.
2.      Agabag.
3.      Ampanang.
4.      Bahau.
5.      Basap.
6.      Bentian.
7.      Benuaq.
8.      Berusu (disebut juga dengan Brusu, Burusu atau Belusu).
9.      Bulungan.
10.  Gaai (alias Selagai).
11.  Kayan Busam.
12.  Kayan Mahakam.
13.  Kayan Sungaki Kayan.
14.  Kayan Wahau.
15.  Kenyah Pusat.
16.  Kenyah Wahau.
17.  Kerayan.
18.  Kutai Hulu.
19.  Lebu’ Kulit.
20.  Lengilu.
21.  Lundayeh.
22.  Modang.
23.  Murut.
24.  Okolod.
25.  Paser.
26.  Punan Abut.
27.  Punan Basap.
28.  Punan Batu.
29.  Punan Bukat.
30.  Punan Kelay.
31.  Punan Km-10.
32.  Punan Merah (biasa disebut Ot Siau).
33.  Punan Merap.
34.  Punan Phining (alias Dayak Aoheng).
35.  Punan Sajau.
36.  Punan Tubu.
37.  Putoh.
38.  Sajau Basap.
39.  Segah.
40.  Seputan.
41.  Tagel.
42.  Tenggalan.
43.  Tidung.
44.  Tinjung.
45.  Uma’ Lung.
46.  Wehea.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar