Orang tua adalah salah satu figur terpenting dalam
pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Tugas yang berat ini, dirasakan kini
semakin berat karena tuntutan pengasuhan dan pendidikan memerlukan dasar-dasar
kuat yang dapat lebih dipertanggungjawabkan (evidence based practice in the
childhood field) demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai, yaitu
mengantarkan buah hatinya agar kelak menjadi manusia yang bertanggung jawab dan
mampu berfungsi secara baik di tengah masyarakat.
Manakala buah hatinya
mempunyai tumbuh kembang yang berbeda dengan temanteman sebayanya maka tugas
itu menjadi semakin berat lagi. Karena mereka harus mampu menjadi observer yang
piawai terhadap kemajuan maupun ketertinggalan perkembangan anak-anaknya,
mencatat perubahan apa saja yang terjadi, sekaligus menjadi pengasuh dan
pendidik di rumah yang tangguh, dan harus pula memenuhi tuntutan mampu
bekerjasama secara baik dengan guru sekolah. Mereka juga harus mampu melihat
hal-hal yang mungkin akan terjadi, serta tindakan apa saja yang harus diberikan
dalam rangka melakukan stimulasi, intervensi dan tindakan pencegahan untuk
menghindari dampak negatip sebagai akibat ketidak selarasan perkembangan.
Singkat kata, ia harus mengahadapi anak dalam kelompok anak berrisiko. Anak dan
orang tua membutuhkan perhatian khusus yang terus menerus, dan membutuhkan
bimbingan bukan hanya dari satu orang tenaga professional, tetapi dari banyak
profesi dan guru secara multidisiplin dan terpadu. Melakukan pendekatan ke dua
arah sekaligus, yaitu kepada kesulitan yang terjadi akibat disinkronitas
perkembangannya, dan juga ke arah faktor kuat yang dimiliki anak.
Dalam hal anak cerdas istimewa, faktor kuatnya adalah
kecerdasan istimewa dan bakat istimewa yang dimilikinya, faktor ini juga
memerlukan dukungan yang seksama agar ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagaimana dirinya, meningkatkan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri
yang positip. Indonesia, adalah sebuah negara besar yang tengah mengalami
transisi, dari masyarakat tribal atau masyarakat rumpun dengan keunikan sistem
sosial, sistem nilai dan kekerabatannya, ke arah masyarakat moderen yang
membutuhkan dukungan keprofesionalan dan ilmu pengetahuan yang baik (evidence
based practice). Dalam kondisi transisi inilah para orang tua dapat menjadi
“korban” tarik menarik, antara bentuk pengasuhan tradisional dalam keluarga
masyarakat rumpun dan bentuk pengasuhan moderen. Ataupun antara bentuk
pengasuhan moderen yang didukung oleh ilmu pengetahuan moderen (evidence based
practice) dengan bentuk pengasuhan alternative moderen (pseudoscience) yang
lebih banyak dilatar belakangi oleh bentuk komersial bahkan fraudulence
(penipuan) yang kini marak di masyarakat dunia2.
Apalagi hingga kini dalam
sistem kesehatan nasional belum ada 2 Bentuk pengasuhan yang dilatarbelakangi
oleh fraudulence dan pseudoscience ini antara lain penggunaan smart drugs,
megadosis vitamin, berbagai preparat yang dianggap merangsang otak, food
supplement yang ditawarkan sebagai obat, mengajari bayi membaca dan matematika
dengan menggunakn flash card, menstimulasi batita dengan CD Rom, muscle touch
therapy, dan sebagainya. 5 sistem pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak
secara berkala serta detil oleh tenaga kesehatan (dokter anak tumbuh kembang),
sehingga para orang tua juga tidak mempunyai konsultan tetap dalam upaya
pemantauan anak-anaknya. Bahkan orang tua tidak mempunyai catatan tumbuh
kembang anak-anaknya.Situasi tarik-menarik ini dapat dirasakan dalam berbagai
diskusi baik diskusi tatap muka saling berbagi pengalaman dan pengetahuan,
media cetak, maupun diskusi maya melalui mailinglist. Sehingga tak ayal sering
terjadi debat panas yang meruntuhkan hati, maupun kebingungan pengetahuan.
Konflik antar orang tua dapat terlihat untuk memperebutkan legitimasi interes
masing-masing. Antara yang berlatar belakang tradisional, komersial ataupun
yang ideal.
Kembali kepada bahwa
Indonesia adalah suatu bangsa yang tengah mengalami transisi, dan transisi ini
dapat memunculkan “korban” manakala masyarakat tidakmmendapatkan bimbingan yang
baik oleh berbagai tenaga profesi secara terpadu. Terlebih bila dalam kelompok
professional terdapat perpecahan pendapat, maka situasi ini akan lebih
memberikan “rasa hancur” di hati para orang tua dan kehilangan kepercayaan
terhadap kelompok professional dan praktisi.
Perpecahan pendapat pihak
profesi yang berlanjut pada kebingunan para orang tua, maka dampak akhirnya
adalah tidak terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang anak dan pendidikan yang
sesuai dengan kondisi anak. Contoh situasi ini dapat kita rasakan dalam rangka
pengasuhan dan pendidikan anak-anak cerdas istimewa (gifted children) terutama
yang mengalami disinkronitas perkembangan. Area cerdas istimewa saat ini di
Indonesia menjadi area yang sangat kontroversial. Bukan hanya dari teori
giftedness yang menjadi dasar tatalaksana deteksi & diagnosa – tetapi juga
masih belum dikenalnya secara luas tumbuh kembang dan personalitas anak cerdas
istimewa di kalangan profesi sendiri, serta belum ada pedoman yang memadai
bagaimana bentuk pendidikan yang dirasa dapat memenuhi tuntutan penanganan
faktor kuat dan faktor lemah anak, maka area ini menjadi debat yang paling
panas dimasa kini. Pada ujungnya sebagian masyarakat terpaksa memilih bentuk
sekolah rumah, yang pengaturannya juga belum jelas, apalagi bagi anakanak
berkebutuhan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar