Pebahasan
mengenai evaluasi kurikulum tidak terlepas dari beberapa istilah yang senada
bahkan sering dipertukarkan maknanya, yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran dan
tes. Evaluasi berasal dari bahasa inggris yakni “evaluation” sedangkan
penilaian disebut juga “assessment”, pengukuran adalah “measurement” sedangkan
tes dalam bahasa inggris disebut “tes”.
Tes
adalah suatu alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus, terlihat dari
konstruksi butir soal yang digunakan, jenis pertanyaan yang diberikan, serta
penyelenggaraannya diatur secara khusus. Aspek yang dites pun terbatas mencakup
aspek kognitif, efektif, dan psikomotor, hasil dari tes tersebut biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, artinya kualitassesuatu yang dites dilambangkan
dengan angka. Tes dibangun atas dasar teori pengukuran, bagaimana tes dibuat
harus memenuhi standar validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan).
Ahmann dang lock ini menyatakan
bahwa pengukuran adalah bagian dari evaluasi yang memberikan informasi lebih
jelas, pengukuran adalah proses yang bertujuan untuk menetapkan kualifikasi
yang sesuai dengan tingkatan yang telah dicapai oleh peserta didik. Keterkaitan
antara evaluasi dan pengukuran adalah terdapat beberapa ukuran yang tersandar seperti
meter, kilogram, takaran, dan lain-lain.
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Kurikulum
merupakan bagian dari pendidikan dalam lingkup yang luas. Kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Mengevaluasi keberhasilan sebuah
pendidikan berarti juga mengevaluasi kurikulumnya. Hasil evaluasi kurikulum
bermanfaat bagi penemu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan
perbaikan atau pun perubahan kurikulum. Evaluasi merupakan bagian penting dalam
proses pengembangan kurikulum, baik dalam pembuatan kurikulum baru, memperbaiki
kurikulum yang ada atau menyempurnakannya. Sebelum suatu kurikulum diberlakukan
secara nasional, diperlukan adanya fase pengembangan dimana kurikulum yang baru
tersebut dirancang dengan cermat dan diujicobakan dalam lingkungan terbatas,
sebelum akhirnya diputuskan untuk disebarluaskan ke semua lembaga pendidikan.
Nana sudjana (1998:127)
menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan
kriteria tertentu, yang dalam proses tersebut tercakup usaha untuk mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan
nilai sesuatu yang menjadi objek evaluasi, seperti program, prosedur, usul,
pendekatan, model kerja, hasil program.kurikulum memiliki dimensi yang luas
karena mencakup banyak hal.
Tujuan evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan serta untuk memriksa kinerja kurikulum secara
keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Kurikulum dimaksudkan untuk
keperluan :
a. Untuk
perbaikan program
b. Pertanggungjawaban
kepada berbagai pihak
c. Penentuan
tindak lanjut hasil pengembangan
Model Evaluasi Kurikulum
a. Measurement
Evaluasi
pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan
individual maupun kelompok.
b. Congruence
Evaluasi
meruapakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan
hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauh mana perubahan hasil
pendidikan telah terjadi
c. Illumination
Evaluasi
merupakan studi mengenai: pelaksanaan program, pengaruh factor lingkungan,
kebaikan-kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap
perkembangan hasil belajar.
d. Educational
system evaluation
Evaluasi
adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria,
yang akan berakhir denga suatu deskripsi dan judgment.
e. Model
cipp
Model
ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya : karakteristik pesrta didik, dan
lingkungan, tujuan program, dan peralatan yang digunakan, serta prosedur, dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.
Tunjauan Masing-Masing Model
a. Measurement
Konsep
measurement telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam hal
penekanannya terhadap pentingnnya objektivitas dalam proses evaluasi. Kelemahan
dari konsep ini terletak pada penekanannya yang berlebihan pada aspek
pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan.
b. Congruence
Konsep
ini menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengkaji efektivitas
kurikulum yang sedang dikembangkan. Kelemahan dari konsep ini terletak pada
ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun tujuan evaluasi diarahkan pada kepentingan
penyempurnaan program kurikulum, tapi konsep ini tidak menjadikan input dan
proses pelaksanaan sebagai objek langsung evaluasi.
c. Illumination
Konsep
illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan selama
proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Kelemahan dari konsep ini
terutama terletak pada teknis pelaksanaannya.
d. Educational
system evaluation
Konsep
ini memperlihatkan banyak segi yang positif untuk kepentingan proses
pengembangan kurikulum.
e. Model
cipp
Model
evaluasi ini menggambarkan cakupan evaluasi kurikulum yang cukup luas, tidak hanya mencakup aspek
pembelajaran saja sebagai implementasi kurikulum, namun keseluruhan aspek mulai
dari : konteks, masukan (input), proses dan produk atau hasil.
·
Konteks (contect)
·
Masukan (input)
·
Proses (process)
·
Produk (product)
Model yang disarankan
Ketepatan
suatu model tak dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
evaluasi yang kita adakan.
Terlepas
dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang bersifat khusus,
ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan :
a. Untuk
keperluan seleksi dan klasifikasi siswa dan membandingkan efektivitas kurikulum
yang baru dengan kurikulum yang ada, model measurement tepat untuk digunakan.
b. Untuk
mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk menetapkan
tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran, model congruence
tergolong ampuh untuk digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar