Kegiatan di sekolah
menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari -hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah ternyata
sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan
baik jangka pendek atau jangka panjang.Apalagi dalam waktu terakhir ini Badan
POM telah mengungkapkan temuannya tentang berbagai bahan kimia berbahaya
seperti formalin dan bahan pewarna tekstil pada bahan makanan yang ada di
pasaran. Sehingga perilaku makan pada anak usia di sekolah harus dihatikan
secara cermat dan serius.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka
adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan
kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi
dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang
tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan sempurna.
Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang
tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak
organ dan sistem tubuh anak. Foodborne
diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk
penyakit yang serius untuk jangka pendek, sehingga seringkali kurang
diperhatikan baik oleh orang tua, masyarakat atau instansi yang terkait dengan
masalah ini.
Bahaya cemaran mikrobiologis dan kimiawi
Pada umumnya perilaku makan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi.
Sebuah penelitian di Jakarta mengungkapkan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari, bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Hanya sekitar 5% anak membawa bekal dari rumah. Sebagian besar dari mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut. Dari segi gizi sebenarnya makanan tersebut belum tentu jelek. Ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan.
Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri tersebut adalah penyebab penyakit tifus pada anak. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok.
Berdasarkan uji laboratorium, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B ( pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia.
Belakangan juga terungkap bahwa reaksi simpang makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan bicara, hiperaktif hingga memperberat gejala pada penderita autism.
Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau kesulitan buang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Wawancara dengan Pedagang kaki Lima (PKL) terungkap bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. BTP ilegal menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangat cerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Makanan yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan bersih. Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah.
Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat. Makanan tersebut sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, banyak para peserta didik yang mengalami keracunan dan menjadi anak tidak fokus untuk melaksanakan pembelajaran. Yang ada dipikirannya hanyalah jajanan, beberapa cara untuk mengatasi masalah jajanan disekolah, yaitu :
Upaya Mengatasi Masalah Jajanan dilingkungan Sekolah
1. Perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada
pihak sekolah,guru,orang tua,murid serta pedagang yamg dilakukan oleh petugas
penyuluhan.
2. Sekolah dan pemerintah perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah).
3. Membuat gambar atau berbagai kreasi seni tentang jajanan yang
tidak sehat serta menuliskan bahayanya terhadap organ dan tubuh manusia.
4. Perlu diupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang
yang dilakukan sekolah, dengan maksud untuk mencegah agar anak tidak sembarang
jajan dan anak juga akan mendapatkan pengetahuan selain kegiatan belajar
mengajar dapat mengetahui disaat jam istirahat tengtang makanan sehat yang
disediakan oleh pihak sekolah. Upaya ini tentunya dilakukan kordinasi antara
pihak sekolah dengan orang tua murid.
5. Jika uapaya tersebut diatas belum terealisasi,hendaknya orang
tua secara aktif dapat menyiapkan bekal makanan bagi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar