Penanaman rasa cinta
kebersihan sejak dini sebagai upaya pembentukan karakter bangsa perlu mendapat
perhatian lebih dari masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan dengan semakin
banyaknya musibah yang terjadi sebagai akibat dari kurangnya kesadaran
masyarakat mengenai urgensi menjaga kebersihan lingkungan. Minimnya kesadaran
terhadap kebersihan tampak pada data yang dilaporkan oleh Antaranews.com (20/1)
mengenai volume sampah di sungai-sungai Jakarta bahwa pada awal tahun 2014 saja
rata-rata jumlah sampah per hari yang diambil dari sungai mencapai lebih dari
300 ton.
Fakta tersebut
menjelaskan bahwa kesadaran untuk mejaga kebersihan lingkungan memang harus
mendapat perhatian lebih. Penanaman rasa cinta kebersihan secara sederhana
dapat dilakukan melalui optimalisasi fungsi piket kelas dalam institusi
pendidikan formal. Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan piket kelas terkandung
nilai-nilai luhur yang harus dimiliki sejak dini oleh manusia seperti tanggung
jawab, disiplin dan peduli. Namun ironisnya, kegiatan piket kelas akhir-akhir
ini kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidikan. Pihak sekolah lebih suka
mempekerjakan petugas kebersihan dan melimpahkan semua tugas kebersihan kepada
mereka. Padahal jika ditelisik lebih dalam, piket kelas menjadi salah satu
pilar pembentuk karakter bangsa. Bagaimana piket kelas mampu membentuk karakter
bangsa?
Peserta didik harus
dilibatkan dalam kegiatan kebersihan sekolah, khususnya dalam lingkup kecil
(kelas). Melalui piket kelas, siswa akan belajar mengenai tanggung jawab,
disiplin dan peduli. Keterlibatan siswa dalam kegiatan kebersihan bertujuan
untuk membiasakan mereka bertanggung jawab membuang sampah pada tempatnya.
Kebiasan yang dilakukan di dalam kelas sangat mungkin pula dilakukan di luar
kelas. Tanggung jawab untuk membuang sampah pada tempatnya akan membekas dan
mendarah daging setelah mengalami proses internalisasi secara intensif melalui
piket kelas yang dilaksanakan setiap minggu. Hal tersebut juga akan berlaku
pada sikap disiplin untuk membersihkan tempat tinggal mereka yang kotor, dan
pada sikap peduli untuk menjaga kebersihan lingkungan secara kontinyu.
Piket kelas yang
dilakukan oleh peseta didik harus mendapat pengawasan dan perhatian dari pihak
sekolah. Artinya, peserta didik tidak serta merta dibiarkan merawat dan menjaga
kebersihan kelas tanpa adanya kontrol dari pihak sekolah. Pemeriksaan secara
berkala harus tetap dilakukan dan petugas kebersihan juga tetap memiliki
tanggung jawab untuk membersihkan kelas, namun dengan catatan tidak jauh
melampaui porsi yang didapat oleh siswa agar siswa juga merasa memiliki dan
bertanggung jawab menjaga kebersihan kelas.
Dari pemaparan di atas
telah diketahui bahwa, jika dioptimalkan, piket kelas mampu membentuk peserta
didik menjadi insan yang bertanggung jawab, disiplin dan peduli. Kontrol dari
pihak sekolah dan pembagian porsi pekerjaan secara proporsional antara siswa
dengan petugas kebersihan sesuai dengan kepentingan pembelajaran nilai akan
mendukung terbentuknya karakter siswa yang mencintai kebersihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar