Tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai
landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan
kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1. Kontribusi
Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi
pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama
berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.
Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya
kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses
dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan
kepribadian peserta didik.
Secara psikologis,
manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam
pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh
setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,
motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan
seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini
adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama
berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam
berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi
Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi
pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran.
Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori
classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori
daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian
psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan
tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
- Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai
suatu tujuan
- Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
- Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam
kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
- Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
- Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya
pula hasil sambilan.
- Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau
melakukan.
- Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya
aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan
sebagainya.
- Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang
lain.
- Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari
harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas
secara verbalistis.
- Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya,
seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
- Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi
sukses yang menyenangkan.
- Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului
oleh pemahaman.
- Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat
untuk belajar.
3. Kontribusi
Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan
merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh
tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami
perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian
psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi
yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya
berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun
kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat
ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti
Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat
ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan,
bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis,
memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang
bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang
optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar