Sabtu, 31 Desember 2016

Pendidikan dari kehidupan

Pendidikan adalah sebuah usaha atau upaya seorang pendidik untuk mebuat seorang atau anak didik bisa mengembangkan potensi diri mereka yang diberikan oleh sang khalik secara terencana, potensi tersebut bisa berupakekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan tentunya memiliki maksud dan tujuan yang mulia akan tetapi terkadang ada penyelewengan yang terjadi di pendidikan. Tatkala seorang pendidik tidak mengerti dengan baik arti dan filosofi pendidikan, berangkat dari hal ini tentunya penyusun system pendidikan seperti di Indonesia sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan filosofi pendidikan. Jadi system pendidikan di Indonesia sudah berusaha memenuhi krtiteria-kriteria dalam menjalankan pendidikan.
Pendidik adalah sebuah pekerjaan mulia bukan ajang untuk memeroleh penghasilan, ini yang patut kita tanamkan pada diri seorang pendidik. Tatkala pekerjaan pendidik dipilih lantaran karena ingin memperoleh pendapatan atau penghasilan akan terjadi penyimpangan di dunia pendidikan. Pendidik tidak akan bekerja dengan ikhlas, pendidik akan menganggap profesi sebagai seorang pendidik bukan untuk menggali potensi yang dimiliki seorang anak didik.
Pendidikan sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh semua manusia yang berada di atas bumi ini. Pendidikan yang ditempuh bisa melalui formal dan informal, tergantung dari kesempatan dan kemauan dari seorang anak didik. Jangan pernah berpikir pendidikan hanya ditempuh di bangku sekolah akan tetapi pendidikan bisa juga ditempuh diluar sekolah seperti kursus keterampilan.
Pendidikan yang sering dilupakan adalah pendidikan yang kita bangun sendiri, pendidikan yang dimaksud di sini adalah belajar dari kehidupan di sekitar kita. Mungkin beberapa ahli berpendapat kalau hal tersebut bukan termasuk kategori pendidikan tapi menurut penulis belajar dari tiap kejadian dari kehidupan jauh lebih hebat disbanding belajar dari buku-buku yang banyak tersedia di perpustakaan.
Patut kita tengok kembali, buku yang beredar adalah sebuah karya tulis yang dituangkan dari hasil pengalaman-pengalaman hidup seorang penulis. Berarti dapat kita simpulkan penulis belajar dari kehidupan, dana hasil pembelajaran dari kehidupan disimpan dalam sebuah karya tulis yang kita baca sekarang.
Jadi sangat wajar, jika kita membaca sebuah buku dan kita tidak mengerti isi buku tersebut karena memang kita belum pernah mengalami pengalaman dalam kehidupan seperti yang penulis alami dalam kehidupan penulis


Pendidikan Bahasa Indonesia

Pendidikanbahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Akan tetapi yang sangat mengherankan sebagai warga negara Indonesia yang mengenyam pendidikan dan mempelajari bahasa Indonesia masih banyak yang belum mengerti dengan baik bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pelajar yang memiliki nilai Ujian Nasional yang masih sangat rendah.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesiadan bahasa persatuan bangsa Indonesia.Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. 
Tidak jarang mahasiswa diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Bahasa. Setelah 12 tahun belajar Bahasa Indonesia, apakah mereka sudah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara tertulis maupun terlisan?
Lalu bagaimana dengan kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa S2? Seperti halnya mahasiswa D3 dan S1, ternyata sebagian mahasiswa S2 dan S3 juga masih lemah dalam berbahasa Indonesia. Paparan singkat di atas membuktikan ketidakmampuan sebagian (besar?) mahasiswa dalam berbahasa Indonesia, dalam hal ini bahasa tulisan. Lalu apa yang mesti dikerjakan para dosen Bahasa Indonesia yang ternyata tidak semua bergelar sarjana Bahasa Indonesia?
Dengan kata lain, setiap dosen harus mampu menjadi dosen Bahasa Indonesia. Artikel-artikel opini yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan bahasa Indonesia yang dimuat di media massa cetak pun jangan pula dilewatkan. Dalam konteks tulisan ini, bukan dosen bahasa Indonesia mengajari mahasiswa, melainkan dosen bahasa Indonesia dan mahasiswa sama-sama belajar bahasa Indonesia. Bila beberapa upaya ini dapat dilaksakanakan sungguh-sungguh dan dengan senang hati oleh para mahasiswa dan dosen bahasa Indonesia, maka kita yakin para lulusan perguruan tinggi kita tidak hanya mampu dan terampil berbahasa Indonesia secara terlisan dan tertulis, tetapi juga sungguh-sungguh mencintai bahasa nasional mereka sendiri.


Masalah pendidikan negeri ini

Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kitaBerikut ini beberapa masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia :
1. Masalah Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh
2. Masalah Biaya
Banyak masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal dan lebih parahnya banyak pula pejabat pendidikan yang ngomong, kalau pengen pendidikan yang berkualitas konsekuensinya harus membayar mahal. Pendidikan sekarang ini seperti diperjual-belikan bagi kalangan kapitalis pendidikan dan pemerintah sendiri seolah membiarkan saja dan lepas tangan. Apa mereka sudah mengenyam pendidikan?? Akhir-akhir ini pemerintah dalam sistem pendidikan yang baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Ironis sekali bila kebijakan ini benar-benar terjadi.
3. Masalah Tujuan pendidikan
Katanya pendidikan itu mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu menyesatkan. Lihat saja kualitas pendidikan kita hanya diukur dari ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak pula yang membelinya (baik dari masyarakat ataupun pejabat-pejabat
4. Masalah Disahkannya RUU BHP menjadi Undang- Undang
DPR RI telah mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi Undang-Undang. Namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari kalangan mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi terhadap dunia pendidikan. Segala aspirasi dan masukan, sudah disampaikan kepada Pansus RUU BHP. UU BHP ini akan menjadi kerangka besar penataan organisasi pendidikan dalam jangka panjang.
5. Masalah Kontoversi diselenggaraknnya UN
Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN


Hari Pendidikan

Hari pendidikan nasional adalah hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa menggambarkan atau ruh dari bangsa kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli akan pendidikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa.Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara,dengan itu kali ini kami akan mengupas tentang perjalanan Ki Hajar Dewantara  dan Hari pendidikan nasional nya Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara.
Dari di sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. (Ki Hadjar Dewantara).
Siapa yang gak kenal sosok tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun TulodoIng Madyo Mbangun KarsoTut Wuri Handayani. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
Memaknai Hari Pendidikan Nasional
Tanggal 2 mei bangsa Indonesia memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal 2 mei dijadikan sebagai hari lahirnya pendidikan di Indoensia diambil dari hari lahir salah satu tokoh perjuangan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi dan mendedikasikan dirinya untuk pedidikan, di kala itu tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan institusi pendidikan yang bernama Sekolah kerakyatan di Yogyakarta.
Sebuah perjuangan yang mulia dan juga tidak mudah. Waktu itu bangsa Indonesia masih dilanda kebodohan, keterbelakangan akibat penjajahan belanda. Pergerakan memajukan pendidikan telah mempersiapkan putra-putra bangsa yang siap berjuang untuk Indonesia menuju kemerdekaan.
Hasilnya pun terbukti, kita sekarang sudah merdeka. Namun apakah semangat perjuangan dari para pahlawan pendidikan kita terdahulu masih tejaga hingga saat ini.
Kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong negera yang masih berkembang, kualitas pendidikan masih kalah tertinggal oleh negara jiran seperti Malaysia dan Singapura. Padahal kita tahu sendiri bahwa bangsa kita sudah lebih dahulu merdeka, yang lebih hebatnya lagi di tahun 1970 para putra bangsa Indonesia menjadi guru dan pengajar di Malaysia.
Kenapa kita jadi tertinggal ?, atau bahkan mungkin pendidikan kita berjalan ditempat ?, atau lebih parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini menurun ?. Entahlah, yang pasti kita belum merasakan kualitas seluruh sumber daya manusia Indonesia saat ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di Dunia ini.
Yang terjadi sekarang justru masih banyak rakyat miskin, tidak mempunyai keahlian, pengangguran dimana-mana. Apa yang salah dengan bangsa ini ?. Padahal sekarang sekolah sudah lebih banyak dari pada zaman kita belum merdeka.
Semoga saja pada peringatan hari Pendidikan Nasional tahun ini, dijadikan sebagai tonggak perubahan ke arah yang lebih baik, Menjadi bangsa yang pintar dan bermatabat, yang akan membawa kepada kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia


Terapkan Filosofi Permainan Catur dalam Kehidupan!

SEJARAH Permainan Catur

Tidak ada yang tahu pasti dari mana permainan catur berasal menurut Wikipedia sih pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab namun ada beberapa bukti yang mengarah kalau catur itu berasal dari mesir. Kata “catur: berasal dari bahasa sansekerta yaitu “chaturangga” yang berarti empat. Konon di India permainan ini dimainkan oleh 4 orang, tidak seperti permainan catur sekarang yang hanya dimainkan oleh 2 orang.  Permainan ini kemudian menjadi populer di Eropa. Dan, pada akhir abad 15, permainan ini lolos dari daftar permainan yang dilarang Gereja. Pada abad modern mulai lahir buku-buku referensi catur, kemudian penggunaan jam catur, serta sejumlah aturan permainan dan pemain-pemain hebat.

FILOSOFI

Catur memiliki banyak filosofi yang dapat ditemukan dari elemen permainan catur seperti papan+bidak, aturan, dan pemain.

PAPAN dan BIDAK
 Belajar Kehidupan dari Filosofi Permainan Catur 
Arena permainan catur terdiri dari papan dengan 64 kotak hitam-putih. Setiap bidak (hitam atau putih) memiliki arena permainan yang terbatas dan sama besar. Setiap bidak dilarang keras keluar dari arena permainan sebelum ajal menjemput (mati dimakan bidak lawan -red). Kecuali kamu emosi, trus bidaknya kamu jejalkan ke mulut lawanmu hingga dia mati tersedak (serem banget ya gan). So, mari berjuang sampai titik darah penghabisan, merdeka!

Dalam permainan catur terdapat dua jenis bidak, hitam dan putih. Bidak tersebut terdiri dari: raja, patih/ratu, benteng, kuda, seluncur/menteri, dan pion. Raja dan ratu hanya ada 1, pion ada 8 (identik dengan pasukan infantri alias pasukan berani mati alias kacung alias kroco), dan sisanya berjumlah 2. Tentunya setiap pemain memiliki jumlah bidak yang sama.

Dari uraian diatas, kita dapat mengambil salah satu filosofi catur: adil. Analoginya setiap pemimpin harus memiliki jiwa keadilan yang tinggi. Tetap sportif dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Sifat adil inilah yang akan menentukan keadlian berkompetisi. Keadilan akan membuat kompetisi berjalan fair play dan menarik.

ATURAN
Permainan apapun pasti memiliki peraturan karena jika tidak ada peraturan maka para pemain bisa bertindak seenaknyaa. Permainan catur adalah permainan yang sangat taat aturan. Contohnya: bidak yang boleh keluar arena hanyalah bidak yang sudah mati, setiap jenis bidak punya langkahnya masing-masing (kuda: L, benteng: lurus, menteri diagonal, pion: satu langkah maju, ratu: bebas, raja: bebas tapi hanya satu langkah), setiap pemain pun bergantian mendapat giliran langkah yang sama. Adil bukan?

Catur memang permainan yang sarat dengan aturan. Sifat aturan adalah mengikat. Yang tidak mau ikut aturan: tidak usah main! Jadi bagi agan dan sista yang ngeyel bikin peraturan sendiri tidak boleh mengganggu permainan orang lain. Apalagi dengan cara paksa menjejalkan papan catur kepada mulut yang bersangkutan.

Nah aturan main ini adalah saudara kandung dari kompetisi. Kompetisi yang baik adalah kompetisi yang aturan mainnya jelas, mengikat, dan adil. Kompetisi akan berjalan ketat dan menarik apabila aturan benar-benar ditaati pemain. Aturan ini yang akan mengikat dan membatasi pemain selama berkompetisi. Agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan sportivitas. Ingat DNA adil ada disetiap pemimpin terkemuka dunia. Kayaknya para pembuat aturan di negeri ini lebih perlu main catur ketimbang main studi banding

PEMAIN


Pemain adalah kunci utama permainan. Player is everything. Papan catur yang terbuat dari emas, bidak-bidak dari kristal, dan aturan yang ditulis diatas sertifikat tanah bermetrai satu milyar pun tidak ada gunanya apabila pemain yang ada tidak taat aturan.

Pemain yang berhasil memenangkan permainan atau kompetisi disebut pemenang. Pemenang pasti memiliki kompetensi dan memimpin perolehan nilai lebih tinggi dibanding yang kalah. Pemenang adalah pemimpin yang memiliki nilai paling tinggi. Pemenang yang sejati adalah pemenang yang lebih unggul dalam strategi dan tetap taat pada aturan main.

Belajar Kehidupan dari Filosofi Permainan Catur

Selain dari filosofi diatas, ada beberapa filosofi yang masih dimiliki catur yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari:

1. “jangan pernah meremehkan orang meski orang tersebut kelihatan tidak berarti”……… filosofi ini dapat kita ambil dari sebuah pion, kelihatan biasa dan tak berarti, sering dipandang sebelah mata, dan sering diremehkan perannya dalam permainan. Namun jika mampu melewati segala rintangan dan sampai di titik terujung (titik awal di bidang permainan lawan) akan mampu berubah menjadi bidak yang jauh lebih kuat seperti benteng bahkan ratu sekalipun .
Sama halnya dengan kehidupan kita, walaupun kita “kecil” tetapi jika berusaha dan kuat menghadapi cobaan yang ada hingga akhir, nanti kita bisa menjadi sesuatu yang “besar”

2. Dalam permainan catur posisi skak adalah posisi dimana kita terjepit untuk melangkah, diperlukan strategi dan keputusan yang jitu untuk tetap bisa melanjutkan permainan dan bahkan membalikan keadaan. Dalam kehidupan hal ini dapat diartikan seperti keadaan membuat kita terjepit dan dihadapkan pada pilihan yang sulit sehingga kita harus mengambil keputusan yang benar-benar matang. Dibutuhkan kejelian untuk melewati masa-masa sulit ini dan menentukan langkah selanjutnya dalam hidup. Menentukan solusi jitu untuk keluar dari masa sulit dalam hidup ini ibarat permainan catur dalam posisi skak.

3. Dalam permainan catur terkadang kita harus mengorbankan bidak yang kita miliki. Tentu saja berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar jangan sampai mengorbankan sesuatu, namun mendapatkan hasil yang lebih kecil dari apa yang kita korbankan. Tentu saja dengan perhitungan yang matang, tidak asal berkorban.

Sama halnya dalam kehidupan, kita terkadang harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan hal yang lebih besar. Jangan sampai mengorbankan sesuatu namun mendapatkan hal yang lebih kecil dari yang kita korbankan. Hal ynag kita terima dari pengorbanan itu harus sebanding atau bahkan melebihi apa yang kita korbankan.

4. Dalam permainan catur, tujuan kita adalah memenangkan permainan dengan mengalahkan raja. Namun untuk mengalahkan raja dibutuhkan langkah yang panjang, dan setiap langkah harus dipikirkan dengan matang.

Dalam kehidupan pun kita pasti memiliki tujuan hidup dan untuk mencapainya dibutuhkan strategi dan langkah yang panjang dan dengan penuh pertimbangan, tidak boleh hanya berfikir untuk hari ini saja. Harus berfikir untuk masa depan yang mungkin masih jauh, karena apa yang kita lakukan pada hari ini akan sangat menentukan hasil yang kita dapatkan nantinya.

5. Dalam catur ada posisi yang namanya skakmat. Saat menghadapi skakmat kita akhirnya kalah, namun kita tidak boleh menyerah dan berusaha memenangkan pertandingan berikutnya.

dalam dunia nyata juga ada yang namanya skakmat, seperti usaha gulung tikar dan sebagainya. Jika bangkrut maka kita harus belajar dari pengalaman masa lalu, tanpa putus asa hingga bisa bangkit kembali.

6. Catur adalah satu kesatuan dimana antara posisi yang satu dan lainnya memiliki ikatan yang kuat. Sehingga di dalam hidup sehari hari kita butuh orang lain dalam melangsungkan hidup kita. Tanpa orang lain kita tidak dapat hidup sendirian.

7. Dalam permainan catur, tercermin kepribadian sang pemain. Bagaimana langkah yang kita ambil selama permainan menentukan kepribadian kita. Apakah cenderung menyerang namun beresiko mudah dikalhkan, atau bertahan menunggu situasi yang tepat, atau dinamis dengan menyerang dan bertahan jika diperlukan.

Jika permainan melulu bertahan dan pasif, mengindikasikan karakter pemain adalah orang yang tenang, cenderung mengikuti arus, nrimo, apa saja yang ada itulah yang diterima. Ada tipe pemain yang menyerang. Ini menunjukkan seorang berkepribadian yang dinamis, kreatif dan penuh perjuangan. Cuma ada perbedaan kecil pada tipe pemain seperti ini, ada yang sembrono, cepat bertindak tapi kurang perhitungan, sehingga resiko sangat besar untuk gagal. Sedangkan bagian yang lain, walaupun dinamis dan kreatif, tetapi tetap waspada dan menghitung langkah dengan seksama, ini yang lebih baik. Berani berkreasi dan aktif dalam membuat terobosan, tetapi juga berhati-hati dalam menguji inisiatif tersebut.






Keistimewaan Bidak Kuda :
 Belajar Kehidupan dari Filosofi Permainan Catur
Ada sebuah bidak dalam permainan catur yang menurut ane memiliki keistimewaan lebih, dia lah bidak Kuda "The Knight". Mengapa ?  Tidak seperti halnya Ratu (beberapa orang menyebut Perdana Menteri) yang memiliki jangkauan yang seolah tidak terbatas karena dapat bergerak secara diagonal, vertikal, ataupun horisontal, Kuda hanya bisa berjalan membentuk huruf "L". Namun hal inilah yang membuatnya unik dan berbeda diantara yang lain.  Kuda memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki bidak-bidak yang lain bahkan Ratu sekalipun, yaitu kemampuan melompati bidak yang lainnya. Gerakan Kuda Catur sangat flexibel dan berbeda dengan bidak catur lain yang harus "memakan" bidak catur lain yang menghalangi jalan mereka untuk dapat terus bergerak. Kuda Catur bisa menembus barikade yang belum tentu bisa dilewati oleh punggawa-punggawa catur lainnya.  Kuda catur memang tidak memiliki kemampuan sehebat Ratu dan Benteng dalam permainan catur, namun kekuatan yang terbatas itu seakan diimbangi dengan kelebihan yang sepadan yang tidak dimiliki bidak lainnya.  Seperti kuda catur, ada banyak hal yang berbeda dan unik di dalam cerita kehidupan. Main Point yang bisa kita ambil dari bidak catur adalah "kita tidak harus menjadi orang yang paling hebat untuk bisa sukses, namun yang paling penting adalahbagaimana kita menjadi orang yang spesial". Individu belajar untuk bisa menjadi spesial, sama spesialnya seperti kuda Catur. "Real Power Does Not Hit Hard, But Straight To The Point"



Permasalahan sikap siswa di sekolah yang harus Diketahui

Masih teringat tentang bagaimana guru-guru bisa masuk penjara gara-gara suatu hal. Apakah yang dilakukan itu benar atau tidak. Yang pasti, jika guru berada di pihak salah menurut hukum, maka itu keyakinan adalah salah. Walaupun dasarnya, hal yang dilakukan hanyalah demi menyelamatkan siswa saja. Maksudnya, mendidik siswa untuk lebih baik lagi. Namun nyatanya, banyak guru yang tidak mampu untuk mengontrol diri hingga bisa dilaporkan dan masuk penjara. Miris? Tentu. Sejatinya, guru hanya bertujuan untuk mendidik. Nyatanya? Siapa yang salah?

Siapa yang salah, siapa yang benar, tidak ada yang tahu. Yang pasti, dari pihak guru dan siswa sebaiknya menjaga bagaimana hak-hak yang memang dimiliki. Misal, guru berhak menegur siswa yang salah dan mencoba membimbingnya, atau siswa mendengar apa yang diarahkan oleh guru. Apabila kedua belah pihak mengerti tentang hak-haknya, maka kekerasan atau permasalahan apa pun tidak akan terjadi.

Terlepas dari itu, memang permasalahan kerap terjadi di sekolah, terutama pada siswa. Sumbernya permasalahan memang banyak. Karena setiap anak memiliki perbedaan karakter, sehingga permasalah tiap siswa pun berbeda-beda. Kerap karena perbedaan inilah yang membuat guru menjadi kawalahan dan akhirnya akan berdampak pada tingkat emosional. Namun, guru yang baik adalah guru yang mampu mengolah emosinya sendiri.

Seperti penjelasan di atas, setiap siswa memiliki perbedaan karakter sehingga permasalahannya pun berbeda-beda. Terkait dengan permasalahan siswa, sewajarnya guru atau orangtua terutama, harus tahu bagaimana permasalah siswa. Ini bertujuan agar guru atau orangtua bisa paham dalam posisi mana tiap siswa memiliki permasalahan. Karena hal demikian, maka inilah beberapa permasalahan siswa dalam segi sikap yang harus diketahui. Beberapa permasalahan ini diambil dari angket PMP yang dilakukan oleh pemerintah. PMP kepanjangan dari Penjaminan Mutu Pendidikan. Berikut permasalahan sikap siswa yang terjadi di sekolah.

1.                  Mencontek saat ujian
2.                  Menyalin tugas dari pekerjaan temannya
3.                  Sering berbohong
4.                  Bolos
5.                  Terlambat masuk sekolah
6.                  Tidak mengerjakan tugas yang diberikan
7.                  Tidak mematuhi tata tertib sekolah
8.                  Terlibat perkelahian antar siswa atau antar sekolah dan atau antar kelompok
9.                  Teribat narkoba’minum minuman keras
10.              Merokok
11.              Pornografi dan pornoaksi
12.              Vandalisme (perusakan seperti memecahkan, menghancurka, dll, tanpa seizin pemilik)
13.              Tidak menghormati guru dan orang lain yang lebih tua
14.              Menggunakan kata-kata kotor dalam berkomunikasi
15.              Tidak memiliki kemauan dalam mencari bahan/sumber belajar
16.              Minim kreatifitas dalam menghasilkan karya
17.              Malas mengunjungi perpustakaan
18.              Rendahnya minat membaca
19.              Tidak berani mengemukakan pendapat
20.              Tidak percaya diri tampil di depan umum
21.              Kesulitan dalam berinterakis/berkomunikasi dengan orang lain
22.              Tidak sportif
23.              Tidak taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing
24.              Tidak berdoa sebelum dan setelah melakukan aktivitas
25.              Rendah partisipasi dalam gontong royong
26.              Tidak ada kepedulian terhadap orang lain
27.              Membuang sampah sembarangan
28.              Tidak mau terlibat membersihkan lingkungan sekolah
29.              Tidak menjaga dan memelihara tanaman

Demikian permasalahan sikap siswa yang harus diketahui. Permasalahan demikian dapat dikategorikan permasalahan yang ringan dan berat. Dan sekarang, sebagai guru atau orangtua sebaiknya memperhatikan permasalahan siswa, terutama untuk orangtua sebaiknya mengetahui kondisi anaknya. Ini tentu berguna untuk mengantisipasi bagaimana kondisi siswa itu sendiri. Setidaknya, mencegah lebih baik ketimbang membiarkan dan tidak mengetahuinya sama sekali. Ini juga mampu mengurai permasalahan yang dihadapi guru. Alngkah baiknya, gura dengan orangtua sama-sama bekerja sama demi kebaikan bersama-sama


Pendidikan Koruptif, Salah Siapa?


Paulo Freire, seorang pakar pendidikan, pernah memperkenalkan sindroma “pendidikan bisu” dalam dunia pendidikan. Sindroma tersebut pada intinya membuat seorang pendidik dan peserta didik tak berdaya dalam menghadapi realitas, tak mampu berinovasi dengan kemampuan, serta hanya terkooptasi pada lakon pendidikan yang serba pragmatis.

Sindroma ini ternyata terjadi di negeri kita, sekarang. Berkedok ujian nasional, sistem yang berlaku ternyata mengadaptasi kebisuan ini. Begitu banyak siswa yang harus menggantungkan harapan pada handphone pada waktu ujian. Begitu banyak siswa yang harus berkonspirasi dalam mencari bocoran soal sebelum ujian nasional. Begitu banyak pula siswa yang menjadi korban “tidak lulus” hanya karena ujian yang gagal.

Kita patut prihatin. Mengapa pendidikan bisa jadi koruptif seperti ini? Siswa diajari kejujuran, tetapi dalam ujian nasional diajak untuk curang. Siswa diajari kepercayaan diri, tetapi dalam ujian nasional diajak berkonspirasi dengan memberi kunci jawaban. Pendeknya, siswa diajari moralitas tetapi juga diajari untuk melakukan kejahatan. Contradictio Interminis.

Lebih mengherankan lagi, guru dijadikan kambing hitam ketika terjadi kecurangan. Ketika soal ujian bocor, guru yang pertama kali disalahkan. Begitu pula ketika siswa tidak lulus, guru yang mendapat kemarahan orang tua. Apakah semua kesalahan siswa, kesalahan sekolah, atau kesalahan pemerintah mesti ditimpakan hanya kepada guru?

Tentu saja tidak. Guru tidak selalu salah. Motif para oknum guru yang membocorkan soal ujian sebenarnya hanya untuk memenuhi target yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Selain itu, banyak juga para guru yang telah melakukan upaya maksimal dalam transfer pemikiran kepada siswa. Tentunya kita tidak dapat menggeneralisasi kesalahan segelintir oknum guru kepada semua orang yang berprofesi sebagai guru.

Kita juga tak dapat menyalahkan sekolah 100% walaupun sekolah juga berkontribusi dalam buruknya pendidikan kita.. Mereka melakukan konspirasi kecurangan pada dasarnya hanyalah karena tekanan kondisi dan menyelamatkan prestise sekolah. Dengan adanya ujian nasional, seakan-akan sekolah yang tak mampu meloloskan siswanya dianggap sebagai sekolah yang tak becus. Kembali, generalisasi tak dapat dilakukan kepada semua sekolah. Ini pun menjadi masalah baru dalam ujian nasional.

Kita pun tak dapat selalu menyalahkan siswa karena berbuat curang. Memang, kecurangan siswa adalah sesuatu yang salah secara moral atau secara hukum. Namun, tekanan psikologis menjelang ujian tentu membuat siswa berpikir bahwa kerja kerasnya selama 3 tahun –bahkan selama 12 tahun—harus musnah ketika menghadapi ujian nasional yang hanya berlangsung selama tiga hari! Lebih jauh dari itu, siswa pun mendapat tekanan untuk mendapat nilai yang baik, tak peduli dengan cara apa ia mendapatkannya.

Meski pemerintah adalah penyumbang kontribusi kesalahan terbesar, tetapi penulis berpendapat bahwa pemerintah juga tidak selalu salah. Memang, hal ini adalah sebuah kesalahan struktural yang diawali dari pemerintah sebagai spektrum pemutus kebijakan. Akan tetapi, sebenarnya pemerintah telah berpikiran benar dengan melakukan standardisasi melalui ujian nasional untuk menjaga kualitas SDM bangsa. Apalagi, era pasar bebas telah berada di depan mata sehingga wajar jika pemerintah memperketat standard kelulusan. Meskipun demikian, kebijakan pemerintah dalam hal ini memang salah kaprah dan asal-asalan.

Lantas, siapa yang salah? Kembali pada logika di atas, kesalahan tak dapat dilemparkan hanya pada satu orang. Salah urus pendidikan adalah kesalahan kolektif sekaligus kesalahan struktural. Semua memiliki kesalahan masing-masing dan semua harus ikut bertanggungjawab karena semua memiliki kontribusi pada terciptanya kesalahan kolektif ini.

Maka, penulis berpendapat ada beberapa hal yang patut dievaluasi untuk membenahi pendidikan kita.

Pertama, sistem ujian nasional yang koruptif harus dievaluasi. Pemerintah menetapkan standard berdasarkan ujian yang sangat rentan dengan kecurangan. Patut diingat, ujian memiliki faktor internal dan eksternal tersendiri. Kondisi psikologis, situasi kelas, dan persiapan mental siswa menjadi faktor yang berperan besar bagi siswa ketika menjawab soal ujian. Maka, pendekatan yang digunakan juga harus seimbang antara process dan result. Harus ada komponen ujian nasional yang dievaluasi agar kecurangan dapat diminimalisasi tanpa mengurangi kepercayaan diri siswa.

Kedua, fasilitas pendidikan harus dibenahi. Begitu banyak bangunan sekolah yang rusak dan suasana belajar yang tidak kondusif. Pemerintah tak dapat memaksakan sekolah-sekolah di daerah terpencil untuk mengikuti standard yang tinggi tanpa disertai perbaikan fasilitas sekolah. Bagaimana mungkin ujian seorang siswa di sebuah daerah terpencil nun jauh di Kalimantan ternyata disamakan dengan ujian seorang siswa yang berada di lingkungan elit di Jakarta? Tentunya, pemerataan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum penetapan standard.

Ketiga, alokasi anggaran harus ditambah. Tidak mungkin pemerintah ingin memperbaiki pendidikan jika kuota 20% anggaran pendidikan tak kunjung direalisasikan. Perbaikan fasilitas sekolah di daerah terpencil tak mungkin dilakukan tanpa anggaran yang memadai. Selain itu, anggaran ujian nasional jelas harus ditambah untuk mengantisipasi kesalahan soal dan kekacauan yang terjadi di mana-mana. Kebijakan fiskal dari Departemen Keuangan harus disesuaikan dengan UUD 1945 terlebih dahulu.

Keempat, Kekeliruan logika pemerintah bahwa semua daerah harus mengikuti sebuah standard nasional patut diluruskan. Baik sekolah maupun siswa memiliki kemampuan yang terbatas. Apalagi pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah dapat dikatakan tidak merata dan penuh dengan keterbatasan. Bahkan untuk ukuran beberapa sekolah, soal yang diberikan dianggap sangat sulit karena pembelajaran rutin tidak mencakup hal tersebut.


Manfaat seni

A.    Fungsi Seni Secara Umum
Sebagai unsur budaya, seni hadir atau diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Sebuah unsur budaya akan tetap terpelihara keberadaannya jika unsur budaya tersebut masih berfungsi dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan betapa kita sangat membutuhkan sarana berekspresi dalam menikmati keindahan bentuk.
Berdasarkan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia, seni dipilah menjadi beberapa kelompok.
1. Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi. Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.
a.       Fungsi fisik  ini banyak dipenuhi melalui seni pakai yang berhubungan dengan fisik, seperti; busana, perabot, rumah alat transportasi dan sebagainya.
b.      Fungsi emosional ini dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya maupun dari pengamat atau konsumennya. Contoh: lukisan, patung, film dan sebagainya.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial artinya dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak dalam waktu relative bersamaan. Fungsi ini dikelompokkan dalam beberapa bidang.
a.       Rekreasi / hiburan. Seni dapat digunakan sebagai sarana untuk melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan. Contoh: film, komedi, tempat rekreasi dan sebagainya.
b.      Komunikasi. Seni dapat digunakan untuk mengkomunikan sesuatu seperti pesan, kritik, kebijakan, gagasan, dan produk kepada orang banyak. Contoh: iklan, poster, spanduk, dan lain-lain.
c.       Edukasi / Pendidikan. Pendidikan juga memanfaatkan seni sebagai sarana penunjangnya, contoh; gambar ilustrasi pada buku pelajaran, poster ilmiah, foto dan sebagainya.
d.      Religi / Keagamaan. Karya seni dapat dijadikan ciri atau pesan keagamaan. Contohnya; kaligrafi, arsitektur tempat ibadah, busana keagamaan dan sebagainya.

B.     Fungsi Seni di Sekolah Dasar
Pendidikan seni pada umumnya meliputi rupa, seni musik, seni tari dan seni drama (seni teater). Sejak awal munculnya kurikulum umum para pendidikan seni rupa berjuang agar seni dipertimbangkan secara serius. Sejak lama seni telah diasumsikan memiliki peranan penting untuk menghasilkan warga masyarakat yang baik, tambahan bagi mata pelajaran akademik, program khusus bagi anak-anak berbakat, atau kegiatan ekstrakurikuler.
Berikut ini adalah fungsi seni di sekolah dasar.

1.      Sebagai Media Ekspresi
Kegiatan ekspresi telah dimulai anak sejak lahir. Mula-mula mengekspresikan keinginan-keinginan nalurinya untuk diketahui ibunya dengan tangisan atau isyarat – isyarat lainnya.  Ekspresi yang ditunjukan oleh anak merupakan ekspresi keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu misalnya memuaskan rasa lapar, dapat pula mengekspresikan sesuatu yang tak mengarah pada satu objek melainkan hanya menyatakan perasaan seperti gembira, cemas, marah dan sebagainya. Kedua macam ekspresi tersebut saling berhubungan, pemuasan rasa lapar misalnya mengakibatkan rasa gembira yang dinyatakan dengan senyuman dan rasa lapar yang tak terpuaskan akan terekspresikan dengan sedih atau menangis.
Seringkali anak kurang mampu megeluarkan isi hatinya lewat bahasa lisan. Dan bagi anak, bahasa tulisan lebih sulit untuk digunakan mengungkapkan isi hatinya. Dalam keadaan seperti itu, seni dapat membantu mengekspresikan idenya. Ekspresi adalah salah satu kebutukan rohaniah / batiniah individu untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini pikiran, perasaan dan emosi ikut berperan.
Ekpresi anak berbeda dengan ekspresi orang dewasa karena kebutuhannya berlainan. Ekspresi ini perlu mendapat perhatian dan guru perlu mengembangkannya. Wujud ekspresi dalam seni rupa dapat berupa gambar, patung, cetakan dan karya lainnya. Terjadinya ekspresi secara spontan tanpa perintah dari luar. Pengembangan daya ekspresi ini akan terkait dengan pengembangan kreativitas. Sebab ada 2 macam ekspresi yang terjadi dari anak yaitu ekspresi kreatif dan ekspresi yang tidak kreatif.
Ekspresi kreatif ialah ekspresi  yang mengandung kreativitas, terutama yang dijumpai dalam kegiatan berolah seni. Artinya segala hasil ungkapan anak baik berupa gambar, patung atau lainnya yang menampakkan keunikan, lain daripada yang lain. Sebaliknya, ekspresi yang tidak kreatif adalah ekspresi yang tidak menghasilkan nilai-nilai kreatif atau merupakan hasil tiruan, hasil pengulangan atau hasil jiplakan.
Ekspresi kreatif inilah yang harus dikembangkan oleh guru SD dalam setiap pembelajaran kesenian.

2.      Sebagai Media Komunikasi
Mengapa anak berhasrat melahirkan sesuatu yang ada pada perasaannya? Mengapa ia tidak puas dengan menyatakan dalam hati saja? Mengapa ia ingin berkomunikasi?
Komunikasi mengandung arti keinginan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain. Keinginan berkomunikasi  dapat melalui berbagai media seperti suara, tulis, gerak, dan gambar. Melalui suara komunikasi dapat diwujudkan dalam bentuk nyanyian atau musik.
Contoh: dalam seni suara, banyak lagu yang berisikan pesan yang ingin disampaikan pada pihak lain. Karya sastra atau puisi merupakan media komunikasi yang ingin disampaikan penciptanya pada orang lain melalui tulisan. Drama atau bermain peran merupakan media komunikasi yang diwujudkan dalam gerak dan ucapan. Gambar merupakanmedia komunikasi yang dibentuk dengan bahasa rupa yang cenderung paling banyak dilakukan oleh anak.

3.      Sebagai Media Bermain
Ekspresi bebas meliputi banyak kegiatan fisik dan proses mental. Bermain merupakan ekspresi bebas yang paling jelas yang ada pada anak-ana, merupakan sesuatau yang dihasilkan oleh anak-anak yang paling murni. Permainan adalah ekspresi tentang hubungan si anak dengan seluruh kehidupan. Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Segala bentuk permainan, kegiatan jasmani, pengulangan pengalaman, fantasi, permainan dalam kelompok dan lainnya merupakan gerakan – gerakan yang berusaha mencari perpaduan antara proses mental dan gerak fisik.
Permainan menyangkut juga kegiatan seni
Permainan bisa dikembangkan menjadi empat sesuai dengan empat fungsi mental.
a.       Dari segi perasaan, permainan dapat dikembangkan dengan latihan-latihan penjiwaan kea rah drama.
b.      Dari segi intuisi, dikembangkan dengan latihan – latihan ritmis kea rah tari dan music.
c.       Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri kea rah disain plastis atau visual.
d.      Dari segi fikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif kea rah keahlian.
Ke arah empat perkembangan inilah pendidikan seni ditunjukkan. Idealnya keempat fungsi mental berkembang secara bersama – sama. Hal ini jarang terjadi. Yang umum adalah tiga fungsi mental  berkembang bersama dengan satu fungsi lain yang lebih dominan.
Dalam kegiatan bermain, anak menyatakan dan mengusahakan segala kecenderungan batinnya untuk menjadi harmonis. Akan hilanglah kesempatan untuk perkembangan mental anak jika ia tidak dapat bermain.
Dengan demikian maka kegiatan bermain bagi anak sangatlah penting. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dalam pelajaran kesenian. Baik secara disadari maupun tidak, dalam kegiatan ini, anak dapat bermain sesuai pembawaannya. Karena kegiatan kesenian cenderung kea rah artistic, maka kegiatan bermain juga cenderung pada permainan artistic. Misalnya kegiatan anak untuk memukul, memijat, meremas dengan tanah liat, akan menghasilkan suatu bentuk yang unik bahkan menjadi indah dan menarik.

4.      Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni
Pada umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir. Namun bakat yang terpupuk sejak awal akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya, meskipun berbakat tetapi tidak dipupuk maka akan pudarlah bakat tersebut.
Pendidikan seni rupa yang ideal memberikan kesempatan kepada anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya sejak awal masa sekolahnya, sehingga iadapat menjadi senirupawan.

5.       Sebagai Media Kemampuan Berpikir
Kegiatan seni dapat melibatkan berbagai alat/bahan permainan yang secara langsung maupun tidak langsung mengembangkan kemampuan bernalar. Berbagai permainan yang bersifat eksploratori dan eksperimental memiliki nilai tersendiri.
Sebagai contoh: bermain di bak pasir akan menantang anak untuk bertanya/berpikir mengapa pasir tidak dapat disusun meninggi tanpa diberi air, tetapi tanah liat dapat dibentuk dengan mudah jika kandungan airnya tepat. Balok permainan tidak dapat disusun seenaknya menjadi bentuk arsitektural, tetapi dibutuhkan satu penyusunan yang terpola.
Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat anak melakukan kegiatan seni, memotivasi anak untuk berpikir dan mengambil kesimpulan. Bahkan Aristoteles mengatakan, bahwa dalam seni harus ada keselarasan antara rasio dan emosi. Penciptaan seni menempatkan rasio sebagai kontrol.

6.      Fungsi seni Sebagai Media untuk Memperoleh Pengalaman Estetis
Istilah estetis di sini identik dengan keindahan. Semua cita rasa keindahan terpusat pada kesenangan dan merupakan pengalaman subyektif. Subyektif dalam arti sulit untuk ditentukan tolak ukurnya. Oleh sebab itu, perlu untuk mengembangkan cita rasa keindahan dalam rangka membuat utuh perkembangan pribadinya dan meningkatkan pengalaman serta kepekaan akan rasa keindahan.
Di dalam pendidikan kesenian, anak dapat memperoleh pengalaman keindahan. Caranya dimulai dengan mengamati hasil karya seni yang mengandung nilai estetis, kemudian diajak untuk membahas dan mengusahakan agar anak mendapat kesenangan dengan pengamatan karya tersebut. Dari kegiatan pengamatan yang berulang kali dilakukan, kemudian anak diajak untuk melakukan kegiatan berkarya.
Setiap anak memiliki naluri dorongan citarasa keindahan. Jika naluri ini tidak ditumbuh kembangkan, maka naluri tersebut akan “mati”.
Hal-hal yang menyenangkan yang diperoleh anak dari mengamati obyek yang indah akan berkembang menjadi kesenangan anak untuk berkarya yang indah. Atau sikap serta cara pengalaman citarasa keindahan akan mempengaruhi kemampuan citarasa keindahan anak. Semakin mendalam sikap serta pengalaman citarasa keindahan, semakin pekalah citarasa keindahan itu.
Kepekaan inilah yang dikembangkan dalam Pendidikan Kesenian, sebab kepekaan tersebut menjadi dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai karya hasil bangsa sendiri maupun bangsa lain.
Fungsi didik senirupa hakekatnya adalah sebagai sarana untuk membentuk kepribadian (cipta, rasa, karsa) secara utuh dan bermakna, melalui kegiatan praktek berolah senirupa sesuai dengan potensi maupun kompetensi pribadinya dan kepekaan daya apresiasinya. Menurut Sofyan Salam (2001) manfaat pendidikan senirupa bagi anak SD adalah: (1) memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan dirinya sendiri, (2) mengembangkan potensi kreatif anak, (3) mempertajam kepekaan anak akan nilai-nilai keindahan, (4) memberikan kesempatan bagi anak untuk mengenal bahan, alat serta tehnik berkarya senirupa, (5) untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan demikian dapat diperoleh dampak instruksional dan dampak pengiring (nurturant effect) yaitu berani mengemukakan pendapat, punya rasa kesetiakawanan sosial dan toleransi, bersikap menghargai budaya bangsa, mampu berpikir secara integral serta mempunyai wawasan tentang seni yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari bidang lainnya (Ida Siti Herawati.1996).